JELLY GAMAT TUNTASKAN JANTUNG KORONER
Karena
rasa nyeri dan panas di dada tak juga sirna, Mulyanto memanggil salah
seorang rekan yang tinggal di dekat rumahnya. Oleh rekannya, Mulyanto
dipijat-pijat. Ah ini sih masuk angin, katanya. Usai dipijat, rasa panas
di dada tak juga minggat. Derita itu menjalar ke leher. Rasanya seperti
tercekik, kenang Mulyanto.
Khawatir memburuk, akhirnya Mulyanto
diantar sang istri ke Puskesmas terdekat. Setelah diperiksa, dokter jaga
menyarankan Mulyanto untuk diperiksa dengan ekokardiogram (EKG) di
Rumahsakit Hasan Sadikin, Bandung. Meski menjelang pagi, ayah 2 anak itu tak hirau. Ia langsung diboyong ke rumahsakit oleh sang istri tercinta.
Setibanya di ruang gawat darurat,
Mulyanto langsung mendapat perawatan dokter. Dalam hitungan menit,
ekokardiogram sudah terpasang di sekujur tubuh. Mulyanto juga diperiksa darah dan urine. Setelah rangkaian tes usai, hasil diagnosis dokter spesialis jantung menyimpulkan bahwa Mulyanto terkena serangan jantung koroner.
Menurut dokter, serangan jantung yang diderita Mulyanto disebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung. Selain itu, tekanan darah tinggi
yang mencapai 140/110 mmHg turut memicu serangan. Sebelumnya saya
mengidap tekanan darah rendah, katanya. Kadar trigliserida 200 mg/dl,
kian memperparah kondisi Mulyanto. Kondisi normal, 150 mg/dl. Akibatnya,
ia harus menginap di rumahsakit selama 7 hari.
Pertama kali
Petaka itu terjadi pada medio 2005
silam. Itu adalah kali pertama bagi Mulyanto. Saya heran, kok bisa
terkena jantung koroner, kata pria 41 tahun itu. Padahal, ia sangat
gemar berolahraga. Bahkan, 16 tahun silam, ia tercatat sebagai atlet
bolabasket di kampusnya. Dua tahun lalu, saya berhenti berolahraga
karena sibuk bekerja, katanya. Dokter menduga, rutinitas berolahraga
yang tiba-tiba berhenti, turut memicu serangan jantung koroner.
Karena kondisi Mulyanto mulai membaik, ia pun diizinkan pulang. Oleh dokter, ia diberi obat penurun tekanan darah dan aneka vitamin. Obat-obatan berupa kapsul itu dikonsumsi 3 kali sehari.
Meski panas dan nyeri di dada mulai
menghilang, gejala serangan jantung koroner belum juga sirna. Jika
berbicara terlalu banyak, napas saya tersengal-sengal, katanya. Sebulan
kemudian, saat obat dokter habis, Mulyanto ditawari suplemen yang
mengandung omega 3 dari salah seorang rekan. Pada waktu bersamaan, sang
istri pun menawarkan jeli teripang. Namun, ketika itu bukan untuk
mengobati Mulyanto, tetapi untuk mengobati ambeien dan maag akut yang diderita istri.
Setelah melihat kondisi ambeien dan maag
akut sang istri mulai membaik, Mulyanto pun tertarik untuk mencobanya.
Karena berhasrat sembuh, Mulyanto menyantap kedua suplemen itu
bersamaan. Sebulan kemudian, omega 3 yang diberikan rekannya itu tandas.
Saat akan membeli ulang, suplemen itu menghilang di pasaran. Akhirnya,
Mulyanto pun hanya mengkonsumsi jeli teripang. Jeli gamat-sebutan
teripang di Malaysia-itu rutin dikonsumsi 2 kali sehari masing-masing 1
sendok makan.
Dua bulan mengkonsumsi Jelly Gamat Luxor,
kondisi tubuh Mulyanto mulai membaik. Napas yang tadinya
tersengal-sengal kini terasa plong. Saya pun mulai aktif kembali
berolahraga, katanya. Setiap pagi, ia rutin berjalan kaki hingga ratusan
meter. Yang penting keluar keringat, katanya. Tekanan darah pun kembali
normal, 110/90 mmHg.
Karena kondisi tubuh kembali pulih, Mulyanto pun mengurangi takaran konsumsi Jelly Gamat Luxor.
Setiap hari, ia hanya mengkonsumsi 1 sendok makan. Itu untuk
berjaga-jaga, kata pegawai keuangan di sebuah perusahaan swasta itu.
Rokok
Menurut Prof Dr dr Budhi Setianto, SpJP(K), dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, penyakit
jantung koroner berhubungan dengan pembuluh darah koroner yang
mengalirkan darah ke otot-otot jantung. Orang berusia 10-20 tahun, mulai
timbul guratan-guratan lemak pada pembuluh. Semakin tua, tumpukan lemak
bertambah, kata guru besar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia itu. Apalagi jika pada rentang usia itu disertai tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan merokok. Dampaknya, lapisan dalam pembuluh darah rusak. Saya memang suka merokok, kata Mulyanto.
Gejala yang dialami Mulyanto seperti
nyeri dada dan sesak napas karena kerja jantung memompa darah ke otak
terganggu. Akibatnya detak jantung terlalu lemah atau terlalu cepat.
Jika terlalu lemah, jantung gagal memompa darah ke otak sehingga otak
kekurangan oksigen dan akhirnya pusing. Pada bagian tubuh lain,
kekurangan oksigen dalam darah menyebabkan bagian tubuh itu sakit.
Detak jantung terlalu cepat lantaran
sistem pada pusat denyut terganggu sehingga tidak efektif memompa. Pusat
denyut jantung diibaratkan generator yang memiliki sistem listrik
sendiri. Gangguan sistem listrik menyebabkan detak jantung menjadi
cepat. Beberapa hal penyebab gangguan itu adalah pembuluh darah yang
kacau, ketuaan, atau pelebaran jantung akibat katup menyempit oleh infeksi bakteri Streptococcus. Penyakitnya biasa dinamakan penyakit jantung rematik.
Kaya DHA
Keampuhan teripang mengatasi penyakit jantung diduga lantaran kandungan asam
docosahexanat (DHA) pada teripang. Asupan DHA-asam lemak utama pada
sperma, otak, dan retina mata-tinggi dapat menurunkan trigliserida darah
penyebab penyakit jantung.
Itu telah dibuktikan Prof Zaiton Hassan, peneliti dari Departemen Ilmu
Pangan, Universitas Putra Malaysia, Malaysia. Bersama M. A Kaswandi,
dari Universitas Kebangsaan Malaysia, ia meneliti kandungan asam lemak
teripang Stichopus chloronotus. Hasilnya: kandungan DHA teripang relatif
tinggi, yaitu 3,69%.
Yang juga meneliti teripang adalah Prof
Ridzwan Hashim, periset dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Pada 1995,
ia meneliti keampuhan teripang Holothuria atra, H. scabra, dan
Bohadshia argus, mematikan bakteri Streptococcus faecalis, penyebab
pembengkakan lapisan dalam jantung, dan S. Viridans, perusak katup
jantung. Ketiga anggota famili Holothuriidae itu juga terdapat di
Indonesia. (Baca: Khasiat di Balik Resep Datuk, hal 22-23)
Setahun sudah petaka yang dialami
Mulyanto itu berlalu. Badan saya kembali fit, katanya. Mulyanto mengakui
hingga saat ini belum memeriksakan kembali kondisi jantungnya ke
rumahsakit. Toh selama ini gejala serangan jantung koroner tak lagi
kambuh, kata pria kelahiran Maret 1965 itu. (Imam Wiguna/Peliput: Vina
Fitriani)
Sumber:
Trubus 440 , Edisi: Minggu, 02 Juli 2006 17:12:52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar